Popular Posts

KAMU YANG ROHANI (Gal 6:1-5)

Surat Galatia merupakan surat peringatan, mengapa diperingatkan, karena adanya bahaya yang sering kali tanpa disadari terjadi dalam hidup dan pelayanan kita. Bahaya itu adalah legalisme. Yaitu keterikatan kepada hukum dan peraturan, khususnya disini Orang Yahudi dengan Tauratnya, para Farisi dengan aturannya yang ketat, sehingga menggantikan kehidupan rohani di gereja-gereja kita dewasa ini.

Legalisme lebih mementingkan hokum atau peraturan dari pada orangnya. Bahaya yang sama bagi orang Kristen hari hari merasa bahwa mereka merasa ”rohani” karena hal-hal yang mereka lakukan, karena pemimpin yang mereka ikuti atau karena kelompok yang mereka masuki, sehingga mereka membatasi peran Roh Kudus dalam hidup mereka.

Apabila Roh kudus menguasai hidup kita, akan ada kemerdekaan bukan perhambaan, akan ada kerja sama satu anggota dengan anggota yang lain, bukan persaingan dengan demikian dunia akan melihat kekristenan sejati, dan orang- orang berdosa akan ditarik kepada juruslamat Yesus Kristus.

Gal ati pasal 6, Paulus sengaja memberi satu contoh jika seandainya ada orang percaya yang jatuh dalam dosa, bagaimana sikap orang Kristen yang lain? Kalimat “kedapatan melakukan suatu pelanggaran” dalam bahasa aslinya menunjukkan dosa dilakukan dengan tidak sengaja. Mengapa Paulus memakai lukiksan ini? Karena tidak ada cara lain yang lebih nyata untuk memperlihatkan kejahatan pada penganut legalisme dalam memperlakukan orang-orang yang sudah melanggar atau melakukan kesalahan. Ingat beberapa kasus di Perjanjian Baru dimana Orang Farisi menyeret seorang perempuan yang berbuat zinah kehadapan Yesus(Yoh 8:2)

Dalam Kis 21:28, orang Yahudi hampir membunuh paulus karena mengira Paulus telah menajiskan tempat suci dengan membawa orang bukan Yahudi kedalamnya. Kejahatan para legalisme adalah bahwa mereka sebenarnya tidak memerlukan fakta dan bukti , dengan dasar kecurigaan dan issu sudah cukup untuk menghakimi dan membunuh orang.

Jadi dalam Gal 6 Paulus ingin menunjukkan perbedaan cara penganut legalisme memperlakukan sesama Saudara seiman yang jatuh dalam dosa dengan cara yang dipakai orang-orang yang rohani:

1. Perbedaan tujuan. Orang benar akan berusaha memimpin saudara itu ke jalan yang benar dalam kasih, sedangkan penganut legalisme akan memanfaatkan saudara itu. Istilah memimpin kejalan yang benar dalam bahasa aslinya sama dengan “memulihkan”, artinya memperbaiki atau memulihkan tulang yang patah. Orang percaya yang jatuh dalam dosa, sama seperti tulang yang patah dalam tubuh menyakitkan tetapi perlu pemulihan. Orang yang rohani akan dipimpin oleh Roh kudus ingin membebaskan orang berdosa dari kesalahanya dengan cara lemah lembut, karena salah satu buah Roh adalah kelemah-lembutan(gal 5:22). Kelemah-lembutan bukan berarti kompromi dengan dosa dan kesalahan, tetapi ketegasan untuk memikirkan solusi dan pertolongan kepada mereka yang jatuh supaya dipulihkan. Ketika Yesus beruaha menjadi tabib bagi orang berdosa, Yesus dikecam habis-habisan oleh orang Farisi (Mark 2:13-17).
Bukannya berusaha memulihkan saudara seimannya yang jatuh, penganut legalisme malah akan menghakimi, lalu memanfaatkan saudara itu untuk menjadikan dirinya orang Farisi kelihatan lebih baik. Itulah sebabnya Paulus menasehati kita: Janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki (Gal 5:26). Kata menantang berarti menantang bertanding; Orang percaya yang hidup oleh Roh tidak bertanding dengan saudara seiman lain untuk menjadikan dirinya sebaik dia, sebaliiknya
penganut legalisme justru membuat dirinya kelihatan baik dan orang lain kelihatan jelek.

2. Perbedaan sikap. Orang yang rohani dengan sikap lemah lembut dan kasih, legalisme dengan sikap sombong dan menghakimi. Orang yang rohani melihat orang lain jatuh ada instropeksi diri, supaya dirinya tidak jatuh, legalisme tidak pernah mau isntropeksio diri karena menyombongkan diri tidak mungkin melakukan dosa seperti itu itu sebabnya 1 Kor 10:12 memperingatkan:”12 Sebab itu siapa yang
menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”. Perbedaan lain, yang rohani tahu akan kasih Kristus, bukankah hukum kasih, “kasihilah seorang akan yang lain”(Yoh 13:34;15:12) ia sekarang sedang menerapkan hukum kasih itu. Mendekati seorang saudara yang sedang terjatuh dalam dosa dan berusaha menolong dia, mebutuhkan kasih dan keberanian yang tidak sedikit, berapa banyak diantara kita yang sanggup melakukannya?

Dalam ayat ini Paulus ingat akan ajaran Yesus tentang berdamai kembali(Mat 18:15-35), apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dibawah empat mata bukan untuk bantah-bantahkan tetapi untuk menyadarkannya dan mendapatkannya kembali.Yesus juga mengajarkan perlunya kita mempraktekkan doa dan pengampunan (Mat 18:21-35), penganut legalisme tidak punya beban dan waktu untuk memenangkan jiwa seperti itu. Penganut legalisme akan membuat dirinya kelihatan lebih baik dan orang yang jatuh semakin jelek, itu sebabnya Paulus disini mengingatkan setiap orang harus menguji pekerjaanya sendiri (Gal 6:4-5), 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

Ayat 2 dan ayat 5 tidak bertentangan, karena kata beban dalam ayat 2 berarti beban yang berat, sedangkan kata tanggungan dalam ayat 5 berarti ransel prajurit. Kita hendaknya bertolong-tolongan menanggung beban yang berat dalam hidup ini, tetapi ada tanggung jawab pribadi yang ditanggung tiap-tiap orang. Orang yang rohani tidak merebut atau mengambil tanggung ajwab yang seharusnya dilakukan oleh anggota untuk bertumbuh di dalam imannya semakin serupa dengan Kristus.
Amin


100711_II_Steven Hagai Tan

GKT News